Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Modal Receh Bisa Jalan-jalan ke Aceh

Masjid Baiturrahman Banda Aceh

Unbelievable and unforgettable experience! Mungkin begitu kira-kira kalau kata orang kulon ketika mengutarakan sebuah pengalaman yang sangat menyenangkan dan tidak terlupakan. Perasaan excited (senang) tentu saja akan memenuhi hati dan perasaan kita, seolah kita lupa kalau sebenarnya masih punya cicilan paylater.

Meski perjalanan hidup saya tidak semulus Raffi Ahmad, akan tetapi saya sangat bersyukur karena masih mengantongi beberapa kisah pengalaman menyenangkan dan tidak terlupakan dalam hidup saya. Salah satunya bisa mengunjungi Provinsi paling barat di Indonesia, yakni Provinsi Aceh (dulu sempat berganti nama Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam).

Banyak orang mengidamkan untuk bisa mengunjungi Aceh. Bahkan Aceh kerap kali menjadi list yang wajib dikunjungi bagi para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, karena memiliki destinasi wisata pantai yang menakjubkan, salah satunya adalah Pulau Weh di Kota Sabang dengan pemandangannya yang membuat kita terbengong-bengong. 

Tidak hanya itu saja, Aceh juga memiliki ragam kuliner khas kaya akan rempah-rempah yang memanjakan lidah, sehingga sangat menggugah selera sekaligus menggoda isi dompet. Misalnya saja ikan kayu (keumamah), ayam tangkap, mie Aceh ataupun nasi gurih.

Menuju Destinasi Wisata Tsunami, Lewat Jalur Prestasi 

Syukur alhamdulilah saya bisa mengunjungi langsung Kota Banda Aceh sekaligus Pulau Weh tanpa mengeluarkan biaya yang notabene bisa menguras isi dompet. Hal ini berkat mengikuti lomba blog yang diadakan oleh salah satu perusahaan travel halal, yakni Cheria Halal Holiday yang berlokasi di Jakarta Selatan.

Lomba Menulis Artikel Cheria Halal Holiday

Beruntung, saya terpilih sebagai salah satu dari tiga pemenang utama lomba blog tersebut. Dua pemenang lainnya adalah Siti Sarah dan M. Dwi Nanda. Namun sayangnya Mas Nanda tidak bisa ikutan karena alasan lokasi tempat tinggal yang cukup jauh dari Jakarta. 

Alhasil, saya dan Sarah saja pemenang yang berangkat ke Aceh. Ditemani salah satu staff, Mba Retno dan dua blogger kece (pemenang periode sebelumnya), yaitu Kang Ali (alimuakhir.com) dan Mba Evrina (evrinasp.com). Jadi total berlima yang akan berangkat.

Hadiah ini menjadi salah satu hadiah lomba blog yang paling berkesan selama mengikuti kompetisi menulis artikel. Tidak hanya jalan-jalan gratis saja, setiap pemenang utama juga dibekali dengan uang saku senilai 500 ribu per orang. Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan!

Pengalaman Pertama Naik Pesawat, Jantung Serasa Mau Loncat!

Selalu saja ada hal-hal yang unik dan menarik, bahkan terkesan konyol ketika kita baru pertama kali melakukan atau merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakan atau dilakukan sebelumnya. 

Pengalaman Pertama Kali Naik Pesawat Terbang

Contohnya saja pada pengalaman pertama kali naik pesawat terbang. Ketika pesawat akan take off (lepas landas), saya berpegangan kuat pada pramugari kursi pesawat dan jantung ini berdebar kencang serasa mau copot, karena khawatir pesawat gagal lepas landas. Ah ternyata tingkat halu saya yang kelewat tinggi akibat keseringan nonton film action kecelakaan pesawat.

Jauh sebelum JKT48 terbentuk, saya cuma bisa menyaksikan pesawat terbang lewat layar kaca saja. Tidak pernah terbersit dalam pikiran sebelumnya akan naik pesawat. Namun siapa sangka, akhirnya saya bisa menjajal naik pesawat. "Oh begini toh rasanya naik pesawat terbang?!". Rasa takjub bercampur dengan rasa norak sedikit!

Menikmati Keindahan Alam Aceh, Hingga ke Ujung Pulau Weh

Setelah pesawat mendarat dengan mulus di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, rasa takjub masih menyelimuti pikiran saya. Namun seketika buyar, ketika kami harus bergegas menuju Pelabuhan Ulee Lheue (baca Uleleu) dengan menumpang mobil rental.

Di sepanjang perjalanan menuju pelabuhan, kami disuguhi pemandangan alam yang sangat indah. Selain itu, kami juga menyaksikan langsung beberapa bangunan yang rusak akibat terjangan air laut. Faktanya, bangunan-bangunan yang rusak ini sengaja dibiarkan guna mengenang tragedi tsunami Aceh tahun 2004 silam. Meski sebagian besar di antaranya, sudah banyak yang mengalami pemugaran.

Kapal Cepat ke Pulau Sabang

Setelah tiba di Pelabuhan Ulee Lheue, kami bergegas menuju kapal cepat untuk menyeberang menuju Pelabuhan Balohan, Pulau Sabang. Lama perjalanan sekitar 45 menit. Selanjutnya kami diajak berkeliling Pulau Sabang menggunakan mobil. 

Pelabuhan Balohan Pulau Sabang

Sebelum tiba di lokasi penginapan di Pulau Weh, kami diajak singgah terlebih dulu untuk menikmati kuliner dan juga Kopi Sarang khas Sabang di de Sagoe Kupi. Lokasinya tidak jauh dari Masjid Agung Babussalam, Sabang. Pilihan menu yang bervariasi ditambah suasana yang nyaman membuat pengunjung merasa beta
h.

Beberapa lokasi yang sempat kami kunjungi ketika berada di Pulau Sabang di antaranya :

1. Gua Sarang

Gua Sarang terletak di kaki tebing serta perbukitan hutan lindung Pulau Weh yang menjorok ke lautan yang biru yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Gua Sarang berlokasi di Gampong Iboih, Kecamatan Sukakarya, tepatnya berada di antara Pantai Pasir Putih dan Lhong Angen.

Wisata Gua Sarang di Pulau Sabang

Gua Sarang menjadi tempat bersarangnya burung walet dan juga kelelawar di Pulau Weh. Lautan di sekitar Gua Sarang memiliki air laut yang sangat jernih, sehingga lautan kelihatan jelas berwarna biru.

2. Pantai Iboih, Pulau Weh 

Destinasi selanjutnya adalah pantai Iboih yang terletak di Desa Iboih, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang, Aceh. Pantai Iboih menyajikan pemandangan alam yang memukau, keanekaragaman hayati laut dan suasana yang tenang. Pantai ini seringkali menjadi destinasi bagi para penyelam, snorkeler dan wisatawan.

Pantai Iboih Pulau Weh

Makanya tidak heran jika di sana banyak ditemui wisatawan asing yang melakukan aktivitas snorkeling, karena air lautnya yang terkenal sangat jernih dan memiliki warna gradasi hijau biru. Ditambah hamparan pasir putih yang bersih serta dikelilingi oleh hutan lindung. Pantai Iboih seolah menjadi "surga tersembunyi" yang ada di Pulau Weh, Sabang.

3. Benteng Anoi Itam

Mumpung masih ada di Pulau Sabang, kami mengunjungi Benteng Anoi Itam yang terletak di daerah Ujong Kareung, Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang. Kalau dari pusat Kota Sabang jaraknya sekitar 12 KM. Benteng ini bersebelahan dengan Pantai Anoi Itam, makanya disebut Benteng Anoi Itam.

Benteng Anoi Itam Sabang

Benteng ini adalah bangunan yang dibangun tentara Jepang sebagai pertahanan dari serangan musuh. Benteng ini dibangun tentara Jepang pada tahun 1942-1945. Mereka menggali terowongan di sepanjang bibir pantai sebagai benteng pertahanan mereka 

4. Pantai Sumur Tiga

Jika dari pusat Kota Sabang jaraknya sekitar 15 menit perjalanan naik mobil. Nama "Sumur Tiga" diambil dari temuan tiga buah sumur air tawar di sekitar pantai, yang mana temuan ini dianggap sebagai anugerah bagi masyarakat sekitar. Selain diving (menyelam) dan snorkeling (menyelam di permukaan), pantai ini juga cocok untuk melakukan aktivitas surfing atau berselancar, karena ombaknya yang lumayan besar.

Pantai Sumur Tiga, Sabang

Pantai Sumur Tiga terletak di wilayah le Meule, Kecamatan Sukajaya, Kota Sabang, Pulau Weh, Provinsi Aceh. Jika dibanding Pantai Iboih atau Pantai Gapang, pasir di Pantai Sumur Tiga memiliki kilau seperti kristal dan lembut dengan air laut yang sedikit berombak.

5. Monumen Nol Kilometer 

Destinasi yang wajib kamu kunjungi ketika liburan ke Pulau Sabang adalah Tugu Nol Kilometer yang terletak paling ujung dekat dengan Hutan Lindung Pulau Weh. Kalau belum ke sini, artinya kamu belum ke Pulau Sabang lohh. Oh iya, untuk ambil gambar di depan tugu ini mesti bergantian dengan pengunjung lainnya, karena memang peminatnya sangat banyak. Terutama saat musim liburan.

Tugu Nol Kilometer Sabang

Hutan Lindung Pulau Weh

Sayangnya sewaktu kami ke sana, proses revitalisasi menara sedang berlangsung, sehingga terkesan masih belum rapi bangunannya. Namun sekarang tampilannya sudah semakin cantik dan rapi. Kayaknya mesti mengulang ke sana lagi deh, hehehehe....

Bikin Hati Meleleh, Mengenang Tragedi Tsunami Aceh

Pada kesempatan kali ini, saya dan rombongan juga mengunjungi beberapa venue (lokasi) yang kala itu terkena dampak tsunami di Kota Banda Aceh. Seperti diketahui, Banda Aceh menjadi salah satu wilayah yang terkena dampak tsunami cukup parah. Bahkan korbannya pun cukup banyak dan infrastruktur banyak yang rusak parah.

Desa Lampulo Banda Aceh
Kang Ali sedang berbincang dengan saksi hidup peristiwa tsunami Aceh 2004

Salah satunya adalah "Boat di Atas Rumah" yang berlokasi di Desa Lampulo, Banda Aceh. Kami menyempatkan untuk berdialog langsung dengan salah seorang saksi hidup yang saat itu menyambut kami dengan ramah. Perbincangan kali ini sungguh membuat hati kami terenyuh. Ia menceritakan tragedi tersebut dengan mata berkaca-kaca. Bagaimana tidak, ia harus kehilangan anggota keluarganya yang terseret arus tsunami. Ia juga harus berusaha sekuat tenaga agar tetap bisa survive (selamat) dari ombak dahsyat.

1. Kapal di atas rumah

Jika kamu berkunjung ke Desa Lampulo, Banda Aceh, jangan lupa untuk singgah ke sebuah rumah yang di atasnya ada sebuah kapal nelayan. Berdasarkan perbincangan kami dengan narasumber, kapal ini setidaknya telah menyelamatkan 56 warga setempat ketika tsunami setinggi puluhan meter menerjang.

Perahu di Atas Rumah

Wisata Tsunami Desa Lampulo Banda Aceh
Saya sedang berada di dalam rumah yang atapnya ada perahu tersangkut 

Perahu itu kini dikelola menjadi sebuah destinasi wisata yang diberi nama 'Boat di Atas Rumah'. Tidak sedikit pelancong baik dari dalam negeri mau pun luar negeri datang untuk melihat sendiri fenomena itu.

2. Kapal PLTD Apung

Kapal PLTD Apung ini merupakan kapal generator listrik milik PLN yang berlokasi di Punge Blang Cut, Banda Aceh. Kapal raksasa ini terbawa arus tsunami ke daratan sejauh sekitar 5 kilometer dari tempat bersandar di Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh.

Kapal PLTD Apung di Banda Aceh

Tidak sedikit warga yang menyelamatkan diri melompat ke atas kapal ini. Saat ini, kapal telah dialihfungsikan menjadi salah satu objek wisata tsunami di Aceh. Setiap harinya, ratusan pengunjung berdatangan untuk melihat langsung dampak dahsyatnya tsunami tersebut.

3. Masjid Baiturrahim

Masjid yang dibangun pada abad ke-17 ini menjadi salah satu saksi bisu dahsyatnya bencana tsunami. Masjid peninggalan Kesultanan Aceh ini berada di bibir pantai Ulee Lheue, Banda Aceh. Ajaibnya, masjid ini hanya mengalami rusak ringan saja. Namun bangunan di sekitarnya malah luluh lantak terkena terjangan ombak dahsyat.

Masjid Baiturrahim di Banda Aceh

Setelah peristiwa tsunami Aceh tahun 2004 lalu, masjid ini menarik atensi traveler dari berbagai belahan dunia. Masjid ini juga menjadi salah satu lokasi wisata religi di Tanah Rencong. Menurut info, Baiturrahim dan Baiturrahman (Masjid Baiturrahman populer) ini saudara kakak beradik.

4. Museum Tsunami

Museum Tsunami Aceh dibangun untuk mengenang tragedi tsunami Aceh. Lokasinya berada di kawasan Blang Padang, Kota Banda Aceh. Museum ini menyimpan tidak kurang dari 6.000 koleksi yang terbagi ke dalam beberapa jenis, yaitu koleksi etnografika, arkeologika, biologika, teknologika, keramonologika, seni rupa, numismatika dan heraldika, geologika, filologika serta historika dan ruang audio visual.

Interior Museum Tsunami Aceh

Tiket Masuk Museum Tsunami

Lantai dasar museum dibangun sebagai ruang terbuka yang memiliki fungsi sebagai ruang publik, sekaligus memberi jarak aman terhadap ancaman datangnya gelombang tsunami. Sedangkan motif dinding bagian luar bangunan diadaptasi dari Tari Saman yang merupakan simbol kekuatan, kedisiplinan dan kepercayaan religius masyarakat Aceh.

Konklusi 

Pengalaman paling memorable memang akan selalu dikenang dan sulit untuk dilupakan. Seperti yang saya rasakan pada November 2017 lalu ketika mengunjungi Provinsi Aceh. Perjalanan ini menjadi salah satu rangkaian koleksi pengalaman paling menyenangkan dalam hidup saya. 

Berkat jejak digital yang telah saya bagikan di berbagai platform, tentu suatu saat nanti akan menjadi sebuah cerita yang menarik untuk dibagikan kepada anak dan cucu di kemudian hari. Seiring berjalannya waktu, setiap dari kita pasti akan mengalami ragam cerita di dalam kehidupannya. 

Kalau kamu, punya pengalaman paling menyenangkan dan tidak terlupakan yang seperti apa?? Boleh dong sharing di kolom komentar!!

 “Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI

Posting Komentar untuk "Modal Receh Bisa Jalan-jalan ke Aceh "