Mengenal Program Anugerah Pewarta Astra
Biar teman-teman tidak penasaran lagi dengan program yang satu ini, yuk baca artikelnya hingga selesai ya. Boleh loh bisa sambil ngemil dan ngopi, hehehe....
Apa Itu Anugerah Pewarta Astra?
Setiap tahunnya, Astra secara konsisten mengadakan lomba foto dan lomba karya tulis. Tahun 2022 ini merupakan event yang ke-14 dalam penyelenggaraan Lomba Foto Astra dan tahun ke-8 penyelenggaraan Anugerah Pewarta Astra.
Kompetisi kali ini mengusung tema "Bangkit Bersama Untuk Indonesia". Program Anugerah Pewarta Astra mengajak setiap anak bangsa untuk menulis kisah inspiratif tentang sosok penerima apresiasi SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards, penggerak Kampung Berseri Astra ataupun Desa Sejahtera Astra.
Hasil karya tulis tersebut diharapkan mampu memberikan semangat dan inspirasi untuk bergerak sekaligus bangkit bersama demi pemilihan Indonesia yang lebih cepat. Astra mengajak setiap peserta lomba untuk menggali cerita inspiratif yang mengisahkan sebuah harapan serta optimisme.
Seperti dilansir dari Solopos.com, Chief of Corporate Affairs Astra, Riza Deliansyah mengatakan, "Melalui Lomba Foto Astra dan Anugerah Pewarta Astra, kami ingin memberikan apresiasi kepada anak bangsa yang tidak kenal lelah berjuang untuk bangkit bersama dalam kondisi yang menantang agar dapat pulih lebih cepat."
Kampung Lali Gadget, Besutan Achmad Irfandi
Salah satu penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 adalah Achmad Irfandi asal Sidoarjo, Jawa Timur. Pemuda ini merasa resah atas fenomena penggunaan gadget atau gawai yang berlebihan, khususnya di kalangan anak-anak.
Achmad Irfandi, Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 |
Langkah ini dilakukan untuk mengimbangi aktivitas penggunaan gawai sehari-hari. Maka dari itu perlu diadakan kegiatan lain yang lebih menyenangkan. Kemudian, pada 1 April 2018, Achmad Irfandi mencetuskan ide untuk membuat sebuah program yang diberi nama Kampung Lali Gadget (KLG).
Program ini nantinya berusaha untuk mengangkat permainan tradisional agar bisa mengalihkan perhatian anak-anak dari gawai.
Pada awalnya, kegiatan nuansa dolanan tradisional ini hanya digelar untuk anak-anak di Dusun Pagerngumbuk saja, tetapi lambat laun semakin meluas hingga membuat anak-anak dari dusun lain pun berdatangan.
Berbagai aktivitas yang terlibat di dalam program ini juga mengajarkan mengenai edukasi budaya, kearifan lokal, aktivitas olahraga, edukasi satwa hingga permainan tradisional itu sendiri. Irfan juga membangun gubuk baca di halaman depan rumahnya, sekaligus digunakan sebagai basecamp bagi anak-anak.
Hadirnya KLG ternyata mampu meningkatkan budaya baca di masyarakat sekitar. Selain itu juga bisa mengurangi konten-konten hoaks yang banyak bertebaran di media sosial. Lebih jauh dari itu, progarm ini juga mampu mengangkat potensi desa menjadi desa wisata/desa tematik edukatif serta membentuk kampung ramah anak.
Hadirnya KLG, Memberikan Dampak Positif yang Cukup Signifikan
Secara perlahan, kehadiran KLG ternyata berimbas pada pengenalan UMKM desa, dengan cara menyediakan tempat berjualan bagi warga ketika ada kegiatan. Sehingga mampu memicu hadirnya kegiatan ekonomi lainnya, mulai dari perajin di desa membuat ikat kepala tradisional khas Sidoarjo, udeng pacul gowang, hingga bermacam mainan tradisional lainnya untuk dijual.
KLG juga sudah memiliki sebuah yayasan yang berbadan hukum agar pengelolaannya bisa lebih profesional dan terstruktur. Irfandi juga berharap program KLG ini akan terus berkembang dan memperoleh status sebagai desa wisata, yang menjadi alternatif wisata edukasi bagi orang tua yang ingin mengurangi kecanduan gawai pada putra putri tercinta.
Konklusi
Last but not least, Irfan berharap dengan hadirnya Kampung Lali Gadget ini, mampu membentuk generasi emas yang tidak mudah didikte oleh teknologi, tetapi mampu menguasai teknologi, serta mampu mewariskan budaya dan kearifan lokal kepada generasi muda.
Peran orang tua juga diharapkan bisa memberikan edukasi penggunaan gawai secara bijak dan dapat mengawasi anak mereka di rumah, serta bisa menjadi orang tua yang menyenangkan.
Dengan demikian, kita bisa mengurangi penggunaan gawai yang berlebihan, yang notabene memang kurang baik bagi kesehatan, terutama organ mata kita.
Toh sebelum gawai hadir pun, masa kecil kita dulu juga sering bermain kelereng, bermain petak umpet, congklak maupun bermain egrang. Kegiatan ini tentu jauh lebih menyenangkan dan menyehatkan bukan?
Maka dari itu, yuk mari kita dukung program besutan Mas Achmad Irfandi ini, agar bisa juga ditiru oleh masyarakat di wilayah lainnya. Selain itu juga agar kita tidak melupakan permainan tradisional.
Semoga bermanfaat.
Menarik juga kampung lali gadget ini, jadi terasa banget kehidupan tradisionalnya apalagi ditambah dengan keseruan permainan zaman dulu. Ada egrang, engklek, permainan kelereng, dakon dan lainnya lebih seru karena dimainkan bareng-bareng. Mantep, terima kasih informasinya!
BalasHapusProgramnya mas Irfan bagus banget itu Mas, emang bener anak sekarang udah sulit sekali lepas dari gadget, mungkin bisa dibilang 60% sehari2nya anak2 di Indonesia tidak bisa lepas dari gadget
BalasHapus