Mengintip Penanganan Kusta Saat Pandemi Corona
Meski acaranya hanya satu jam saja, tetapi materi disajikan secara padat dan jelas. Topik pembahasan tidak jauh soal penanganan kusta dan masih tingginya stigma masyarakat terhadap kusta di Indonesia. Karena memang yang topik tersebut masih menjadi masalah yang siginfikan.
Hadir sebagai narasumber kali ini adalah :
- dr. Febrina Sugianto - Junior Technical Advisor NLR Indonesia
- Malika - Manager Program & Podcast KBR
Sementara KBR atau Kantor Berita Radio merupakan platform berita berbasis jurnalisme independen yang didirikan sejak tahun 1999. Konten-konten KBR telah banyak digunakan di lebih dari 500 radio di seluruh Indonesia dan lebih dari 200 radio di Asia dan Australia.
Bisa dibilang kedua lembaga ini sangat fokus terhadap masalah sosial yang dihadapi di Indonesia, terutama penyakit kusta. Dalam programnya, KBR dan NLR Indonesia kerap bekerja sama dengan para blogger untuk menyebarkan informasi soal kusta ke publik.
Mengenal Penyakit Kusta
Oh iya, sebelum lanjut ke materi pembahasan live streaming tersebut. Yuk kita bahas sedikit tentang apa itu kusta. Biar kita semua sama-sama paham dan mengerti betul tentang penyakit kusta ini.
Pada dasarnya penderita kusta bisa sembuh total, asalkan penderita berobat sejak dini dan teratur. Sehingga penderita juga tidak sampai mengalami kecacatan.
Gejala awal kusta :
- Kaki : mati rasa pada telapak kaki, jari-jari mengalami kiting, memendek dan putus-putus
- Tangan : mati rasa pada telapak tangan, jari-jari mengalami kiting, memendek dan putus-putus
- Mata : mata tidak bisa menutup dengan sempurna, bahkan bisa menyebabkan kebutaan
Pencegahan kusta :
- Imunisasi BCG pada bayi dapat membantu mengurangi kemungkinan terkena kusta
- Segera berobat ke klinik, puskesmas atau rumah sakit jika mengalami kelainan pada kulit, seperti bercak putih dan mati rasa
- Cacat kusta dapat dicegah dengan minum obat dan rutin memeriksakan diri ke klinik, puskesmas atau rumah sakit
Beberapa Penyebab Kusta Sulit Ditangani di Indonesia
Kebanyakan masyarakat awam, jika mendengar kata kusta, pikirannya langsung mengarah ke mitos, entah itu mereka nyebutnya penyakit kutukan atau guna-guna. Nah stigma-stigma negatif inilah yang sebaiknya harus dibuang jauh-jauh.
Lebih lanjut, dr. Febrina juga mengatakan efek dari stigma negatif ini sangat buruk bagi penderita kusta. Bukannya mencari solusi, mereka ini malah cenderung ada perasaan malu untuk keluar rumah dan bersosialisasi dengan masyarakat. Kurangnya penanganan di awal, menyebabkan kesulitan mendeteksi secara dini penderita kusta.
Padahal setiap penderita kusta memerlukan pengobatan jangka panjang dan teratur untuk bisa sembuh total. Nah selama masa pengobatan tersebut, tentu harus di-support oleh keluarga, kerabat, teman dan orang-orang di sekitarnya.
Stigma negatif tentang kusta yang lainnya adalah bahwa kusta tidak bisa disembuhkan, bisa berakibat sangat fatal, karena penderita kusta akan merasa putus asa dan tidak mau berusaha untuk berobat. Sehingga tidak jarang muncul di pikiran mereka bahwa minum obat atau melakukan pengobatan akan sia-sia saja.
Penanganan Kusta di Saat Pandemi
Saat pandemi, Pemerintah mengeluarkan peraturan baru perihal pembatasan mobilitas masyarakat. Tujuannya untuk mengurangi penyebaran virus corona. Kebijakan soal mobilitas, tentu sedikit banyak mempengaruhi program-program yang telah disusun oleh NLR Indonesia dalam penanganan kusta.
"Di NLR sendiri, strategi yang dilakukan adalah blended, atau mencampur antara offline dan online. Jadi untuk kegiatan tatap muka yang bisa dilakukan secara virtual, maka akan dilakukan secara online. Untuk kegiatan tatap muka yang tidak bisa dilakukan secara virtual, maka akan dilakukan secara langsung, tetapi dengan mengedepankan protokol kesehatan", jelas dr. Febrina.
Konklusi
Saya pribadi salut banget dengan upaya yang dilakukan oleh NLR Indonesia ini. Meski di dalam situasi pandemi sekalipun, program-program penanganan kusta tetap berjalan.
Nah di tahun 2021 ini, kabar baiknya jumlah kasus kusta perlahan mulai menurun. Meski begitu, penanganan kusta dan upaya menghilangkan stigma negatif terkait kusta, terus tetap dilakukan, terutama di luar Pulau Jawa. Karena memang penderita kusta lebih banyak ditemukan di luar Pulau Jawa. Hal ini disebabkan terbatasnya akses.
KBR sendiri telah menetapkan goals dalam program-program penanganan kusta dan disabilitas di Indonesia, di antaranya memberikan edukasi seputar kusta kepada masyarakat.
Dengan pemahaman yang tepat, tentu diharapkan tidak ada lagi stigma buruk seputar kusta yang berkembang di masyarakat.
"Tentunya kita semua mau ada pemahaman lebih di masyarakat tentang isu-isu yang kami angkat, termasuk tentang kusta ini. Dengan pemahaman yang baik, itu bisa mencegah orang berperilaku untuk bersikap diskriminatif," jelas Malika selaku Manager Program & Podcast KBR.
Melalui artikel ini juga, yuk sama-sama kita rangkul penderita kusta dan orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) serta beri kesempatan kepada mereka untuk bekerja dan berkarya serta hilangkan stigma negatif terhadap penderita kusta.
- Kusta bisa sembuh total
- Kusta tidak mudah menular
- Kusta bukanlah penyakit kutukan atau guna-guna
Semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "Mengintip Penanganan Kusta Saat Pandemi Corona"