Cerita di Balik Sebungkus Kopi Gayo Khas Aceh Original
Ketika saya jalan-jalan ke Pulau Sabang pada November 2017 lalu, satu hari sebelum saya dan teman blogger lainnya bertolak ke Jakarta, kami menyempatkan untuk membeli beberapa oleh-oleh khas Sabang di pusat Kota Sabang. Suasana malam saat itu sangat ramai. Nampak para pemuda berkumpul dan menikmati suasana malam. Selain dipenuhi jejeran ruko yang menjajakan berbagai oleh-oleh khas Sabang, di sekitarnya juga banyak ditemui berbagai sajian kuliner khas yang menggoda.
Oleh-oleh yang dijual juga beragam jenisnya, mulai dari camilan keripik, dodol khas Sabang hingga yang paling populer adalah kopi Gayo khas Aceh yang sudah dikenal luas oleh para penikmat kopi.
Tidak ketinggalan, karena penasaran sama rasa kopi Gayo Aceh yang katanya nikmat itu, saya memutuskan untuk membeli sebungkus kopi Gayo berukuran sedang yang harganya di bawah 15.000 saja. Sisanya, saya membeli dodol dan keripik, mau beli banyak takut repot bawa di pesawatnya.
Sesampainya di Jakarta, saya penasaran ingin mencoba seperti apa rasa kopi Gayo khas Aceh tersebut. Bahkan ritual minum kopi pagi itu saya sempatkan di sela-sela aktivitas blogging yang saya lakukan. Katanya sih biar memudahkan kita untuk mendapatkan inspirasi dalam menulis. Bener gak sih guys??!
Sajian secangkir kopi saja rasanya kurang afdol kalau tidak dibarengi dengan sepiring pisang goreng hangat. Hmmmm, siapa sih yang gak tergoda sama kedua makanan dan minuman yang sangat nikmat jika disajikan masih hangat ini.
Bagaimana rasa kopinya? Rasa kopinya terasa lebih kental dan kuat di lidah. Tidak terlalu pahit. Akan lebih nikmat jika disajikan dengan takaran gula dan krimer yang pas, itu menurut saya loh ya, karena selera setiap orang dalam menikmati kopi berbeda-beda. Ada yang suka dengan kopi hitam legam atau sebaliknya. Pagi itu, secangkir kopi Gayo Aceh setia menemani saya untuk menambah amunisi semangat dalam melakukan aktivitas blogging.
MENGENAL KOPI GAYO ACEH
Sebelum menutup artikel, saya ingin share sedikit tentang kopi Gayo khas Aceh ini. seperti dikutip dari detik.food, Kabupaten Bener Meriah di Aceh Tengah merupakan penghasil kopi Gayo yang nikmat. Bener Meriah merupakan pemekaran Kabupaten Aceh Tengah. Ibu kotanya di Simpang Tiga Redelong dengan luas mencapai 1.919,69 kilo meter persegi. Kabupaten ini termasuk dalam dataran tinggi Gayo bersama Kabupaten Aceh Tengah dan Gayo Lues.
Luas lahan yang digunakan untuk perkebunan kopi mencapai puluhan ribu hektar. Tidak heran, jika kopi Gayo menjadi komoditas unggulan kabupaten ini. Bahkan pemerintah setempat berencana untuk merevitalisasi kebuh kopi guna meningkatkan kualitas produksi kopi arabika dan robusnta dari Kabupaten Bener Meriah.
Kopi Gayo sudah sangat terkenal di kalangan pencinta kopi dunia karena memiliki karakter full body dengan rasa tanah dan spicy yang khas serta memiliki tingkat keasaman yang tergolong sedang.
Tidak heran jika kopi gayo memperoleh Fair Trade Certified dari Organisasi International Fair Trade pada 27 Mei 2010. Sementara International Conference of Coffee Science di Bali pada tahun 2010 juga turut menominasikan kopi Gayo sebagai kopi nomor satu diantara kopi arabika dari tempat lainnya.
Makanya hingga saat ini kopi Gayo terus diminati para penikmat kopi termasuk di mancanegara. Negara tujuan terbesar ekspor kopi ini adalah Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Baca juga artikel lainnya : Rahasia di Balik Pembuatan Kopi Luwak Sehingga Menjadi Minuman Nikmat
Untuk menemukan kopi Gayo tidaklah terlalu sulit, karena dapat dengan mudah ditemui di warung-warung kopi di daerah asalnya. Sementara di Jakarta, banyak coffee shop juga menawarkan single origin yang nikmat dari dataran tinggi gayo ini.
UDAH PADA NGOPI BELUM? DIEM-DIEM BAE...!
Posting Komentar untuk "Cerita di Balik Sebungkus Kopi Gayo Khas Aceh Original"