Mengintip Gampong Gurah, Lokasi Kubah Masjid yang Terseret Tsunami di Aceh
Mobil Avanza berwarna merah yang kami tumpangi, berjalan perlahan membelah kota Banda Aceh. Sang driver sekaligus tour guide, pak Yayan dengan logat khas Acehnya yang kental bercerita panjang lebar mengenai bencana tsunami yang menghantam kota Banda Aceh. Bahkan pak Yayan sendiri merupakan salah satu korban selamat dari tragedi tsunami Aceh pada tahun 2004 silam.
Pak Yayan sengaja memperlambat kendaraan, agar ia leluasa menceritakan secara detail setiap wilayah yang terkena tsunami. Mulai dari masjid Baiturrahman, kapal atap rumah (Kampung Lampulo ; akan saya share ceritanya di artikel lain), Kapal Apung raksasa yang terseret gelombang tsunami, puing-puing rumah yang hanya tersisa temboknya saja, hingga kubah masjid berukuran besar yang tergeletak di tanah.
Setelah mobil meninggalkan keramaian kota Banda Aceh, perlahan mobil memasuki suatu daerah yang di kanan kirinya terdapat perumahan yang nampak baru saja di renovasi. Tapi sayangnya, sebagian rumah-rumah tersebut kini sudah tidak dihuni lagi. Sebagian warganya enggan untuk menempati rumah-rumah di sana, karena masih merasa trauma dengan tragedi tsunami, sehingga lebih memilih merantau di tempat lain.
Rumah-rumah ini memang dibangun dengan dana bantuan dari pemerintah pasca tragedi tsunami. Itulah sebabnya mengapa rumah di daerah ini memiliki bentuk bangunan yang sama.
GAMPONG (KAMPUNG) GURAH, TEMPAT PEMBERHENTIAN KUBAH MASJID BERBOBOT 80 TON
Itu si Sarah (pemilik blog sarafiza.com) lagi berpose
Setelah mobil melewati sederetan rumah tersebut, kami memasuki sebuah perkampungan yang di kanan kirinya terhampar sawah-sawah hijau. Berbeda dengan daerah sebelumnya, lebar jalan yang kami lalui hanya muat untuk kendaraan kecil saja.
Di ujung jalan, tampak beberapa bocah sudah menunggu. Entah apakah mereka akan menyambut kami atau memang sedang berkumpul bermain-main.
Sesaat sebelum mobil berhenti, beberapa bocah langsung menyerbu kami sambil menjajakan beberapa helai baju dan kain khas Aceh. Nampak raut wajah penuh harapan agar kami membeli produk yang mereka jual. Mereka sangat antusias jika ada wisatawan yang berkunjung ke tempatnya, dengan harapan pengunjung membeli barang dagangannya.
Sayangnya saya tidak sempat mengabadikan momen ini, sudah keburu terpaku dengan seonggok kubah masjid besar yang tergeletak di tanah. Iya, kubah masjid yang seharusnya berada di atas bangunan masjid, malah tergeletak di tanah.
Ternyata pak Yayan mengajak kami mengunjungi salah satu situs tsunami di Gampong Gurah, Peukan Bada, Aceh Besar. Gampong itu artinya Kampung. Setelah tragedi tsunami berlalu, daerah ini memang dijadikan sebagai tempat wisata sekaligus napak tilas mengenang tragedi dahsyatnya gelombang tsunami yang meluluhlantakan Aceh dan sekitarnya, tidak terkecuali wilayah Aceh Besar.
Di Gampong Gurah ini terdapat sebuah kubah masjid berbobot sekitar 80 ton yang terseret gelombang tsunami sejauh 2,5 km. Kubah yang kini dikenal dengan nama masjid Al-Tsunami ini awalnya merupakan masjid Jami yang berada di kampung sebelahnya, yakni Desa Lamteungoh, Peukan Bada, Aceh Besar.
Cerita pak Yayan menyebutkan, sebelum kubah masjid tersebut terdampar di lokasi saat ini, kubah tersebut berputar-putar di sekitar Gampong Gurah. Kubah ini juga menjadi penyelamat beberapa orang yang berlindung naik di atasnya.
Pada saat pertama kubah ditemukan, warga juga menemukan beberapa kitab suci Al-Qur'an yang telah terendam gelombang tsunami di lokasi kubah. Saat ini, Al-Qur'an yang telah hancur itu disatukan dalam sebuah wadah kaca.
Kubah masjid Al-Tsunami ini menjadi salah satu destinasi wisata di Aceh. Menurut warga setempat, rata-rata ada sekitar 50 - 100 wisatawan yang berkunjung ke lokasi ini setiap hari. Paling banyak wisatawan berasal dari Malaysia. Sisanya dari lokal, China, Amerika dan Eropa.
BAGAIMANA MUNGKIN KUBAH MASJID MELEWATI BARISAN BUKIT TINGGI?
Saya dan teman-teman hanya bisa melongo menyaksikan salah satu kuasa Allah. Bagaimana tidak, di sekeliling Gampong Gurah, dikelilingi bukit tinggi. Lantas bagaimana bisa gelombang tsunami menerjang barisan bukit tersebut, dan membawa kubah berukuran besar? Kalau menggunakan nalar manusia, rasanya mustahil. Tapi kalau Allah sudah berkehendak, maka apapun bisa terjadi. KUN FAYAKUN.
Tidak ingin melewatkan momen ini, saya dan teman-teman blogger mengabadikan gambar sebagai dokumentasi untuk kenang-kenangan. Sementara kami sibuk memfoto, pak Yayan tampak berbincang santai dengan warga setempat.
💚💚💚💚💚
Tidak terasa azan Ashar sudah berkumandang, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Bandara Sultan Iskandar Muda di kota Banda Aceh, untuk selanjutnya kembali ke Jakarta. Tapi sebelumya, kami menyempatkan mampir untuk menunaikan sholat Ashar di masjid yang lokasinya tidak jauh dari kubah masjid Al Tsunami, yakni masjid Tengku Chik Mahraja Gurah, yang juga terkena tsunami.
Lokasi masjid Tengku Chik Mahraja tidak jauh dari Gampong Gurah. Mesjid ini juga tidak luput dari terjangan gelombang tsunami
Kangen pengen balik lagi ke Aceh yang menyimpan banyak keindahan alam dan keramahtamahan penduduk lokal, serta kuliner khasnya yang menggoda lidah.
Posting Komentar untuk "Mengintip Gampong Gurah, Lokasi Kubah Masjid yang Terseret Tsunami di Aceh"