Menyusuri Keindahan Pulau Sabang (Part 1)
Yang namanya rezeki memang gak kemana. Bulan Mei 2017 lalu saya memenangkan lomba blog yang diadakan oleh Cheria Travel dengan hadiah jalan-jalan ke Pulau Weh (Sabang) dan Aceh, ditambah uang saku. Rasanya seperti mimpi bisa menginjakkan kaki sampai ke pulau paling barat di Indonesia, yakni Pulau Sabang. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan...
Berhubung ini traveling pertama kali ke Aceh, maka persiapan pun harus disiapkan secara matang. Agak gugup juga sih, persiapan apa saja yang harus dibawa. Padahal mah kan hampir mirip kayak mudik ke kampung halaman, tapi kok rasanya malah nervous. Hehehe.. Maklum soalnya belum pernah traveling sejauh ini, apalagi naik pesawat.
Pada Sabtu, 11 November 2017, saya sudah harus ada di Bandara Soekarno-Hatta jam 03.00 pagi, karena penerbangan jam 04.45 pagi. Lebih baik menunggu di Bandara daripada datang mepet takut telat.
Pada Sabtu, 11 November 2017, saya sudah harus ada di Bandara Soekarno-Hatta jam 03.00 pagi, karena penerbangan jam 04.45 pagi. Lebih baik menunggu di Bandara daripada datang mepet takut telat.
Untuk mempersingkat waktu, saya berangkat dari rumah orang tua di daerah Pondok Cabe jam 02.15 pagi naik taksi online. Saya memilih naik Grab Car karena tarifnya lebih murah jika dibandingkan dengan taksi online lainnya. Baca saja artikel saya : Pengalaman Naik Grab Car Pertama Kali. Kehabisan Saldo E-Toll!!
Tiba di bandara jam 03.10. Situasi sudah ramai oleh calon penumpang. Baru pertama kali melihat bandara secara langsung, biasanya cuma lihat dari tv saja, hahaha.. Norak banget. Dan ini adalah pengalaman pertama bagi saya naik pesawat terbang. Baca juga artikel : Pengalaman Pertama Naik Pesawat (Lion Air)
Total rombongan yang ikut tour ini ada 4 orang (saya sendiri, Sarah sebagai pemenang lomba blog, Kang Ali sebagai panitia dan Mba Retno mewakili Cheria Travel). Sebenarnya ada 1 lagi pemenang, tapi dia tidak bisa ikut, karena jarak yang jauh dari daerah Jawa Tengah. Sayang banget, hadiahnya jadi hangus deh.
Perjalanan Menggunakan Pesawat Lion Air Transit di Medan
Perjalanan ke Banda Aceh menggunakan pesawat Lion Air, yang katanya sering mengalami delay. Tapi alhamdulillah, tidak ada masalah dengan delay saat itu. Waktu itu jadwal pesawat take-off jam 04.45 pagi, dan baru berangkat jam 05.15.
Berhubung naik pesawat Lion Air kelas ekonomi tidak dapat jatah makan, saya membawa roti dan sebotol air mineral untuk mengganjal perut. Selain itu jarak antara lutut dengan kursi yang ada di depannya sangat berdekatan, jadi ruang geraknya cukup sempit. Gak bisa selonjorin kaki. Huffhhh...
Sesuai jadwal di tiket, perjalanan tidak langsung ke Banda Aceh, tapi kami harus transit dulu di Bandara Kualanamu, Medan untuk berganti pesawat Lion Air yang lainnya. Disini pertama kali saya menginjak tanah Medan. Horas!!
Menurut saya proses transit agak sedikit ribet, karena kita harus menunjukkan tiket pesawat, KTP, cek barang bawaan, lalu menunggu di ruang tunggu yang sudah disediakan. Prosesnya memang sama seperti ketika mau naik pesawat, karena memang demi keamanan bersama. Setelah terdengar suara pengumuman dari speaker, kami pun jalan lagi melalui koridor menuju pesawat sambil menunjukkan tiket kepada petugas.
Sebenarnya perjalanan langsung dari Jakarta ke Aceh hanya memakan waktu sekitar 3 jam. Tapi berhubung pesawat transit dulu, waktu tempuhnya lebih lama lagi sekitar 4,5 jam. Kami pun tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh jam 09.30.
Begitu turun dari pesawat, rasanya tidak percaya kalau saat itu saya berada di tanah Aceh. Tidak pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya bakalan menginjakkan kaki di tanah Rencong. Syukur Alhamdulillah, kami turun dari pesawat dengan selamat tanpa kurang suatu apapun.
Begitu turun dari pesawat, rasanya tidak percaya kalau saat itu saya berada di tanah Aceh. Tidak pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya bakalan menginjakkan kaki di tanah Rencong. Syukur Alhamdulillah, kami turun dari pesawat dengan selamat tanpa kurang suatu apapun.
Saat tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda, langsung berpose di depan pesawat Lion Air. Dok : Kang Ali
Tujuan Selanjutnya Menyebrang ke Pulau Weh-Sabang
Dari Bandara, kami dijemput oleh seorang guide dengan menaiki mobil Avanza. Tujuan selanjutnya adalah Dermaga Ulee Lheue (baca : uleleu). Melalui dermaga ini kami akan menyebrang ke Pulau Weh-Sabang.
Jarak tempuh menuju Dermaga lumayan jauh, sekitar 30 menit. Kami pun berpacu dengan waktu karena harus mengejar kapal penyeberangan yang akan berangkat jam 10.00. Meski begitu, kami masih sempat melihat pemandangan kanan kiri dari balik jendela mobil. Sang guide pun memberikan keterangan secara detail dengan logat Aceh yang kental.
Saya agak terkejut, karena pemandangan di Aceh berbeda sekali dengan di Jawa Barat. Disini jarang sekali ditemukan sawah atau empang. Sang guide pun menjelaskan kalau di Aceh tidak tersedia irigasi untuk mengairi lahan pertanian, tidak seperti di Pulau Jawa. Di Aceh hanya mengandalkan air tadah hujan sebagai satu-satunya sumber air untuk mengairi lahan pertanian, itulah sebabnya di Aceh jarang sekali ditemukan persawahan.
Tidak terasa, obrolan kami sepanjang perjalanan, telah mengantarkan kami tiba di Dermaga tepat waktu. Bahkan Kapal Motor Express hanya tinggal menunggu kami saja.
Setelah semua rombongan naik, Kapal pun langsung berangkat menuju Pulau Weh-Sabang. Waktu tempuh ke Pulau Weh sekitar 45-50 menit dengan menggunakan kapal motor cepat (Express). Harga tiket kapal penyeberangan ke Pulau Weh-Sabang adalah :
Reguler : IDR 80.000/orang.
VIP : IDR 100.000/orang.
Suasana di dalam Kapal Motor Ekspress (tiket reguler) dilengkapi dengan pendingin ruangan berukuran besar, sehingga ruangan terasa cukup dingin
Sekedar informasi, untuk menuju Pulau Weh-Sabang, kalian bisa menggunakan 2 transportasi, yakni melalui jalur transportasi laut dan udara. Khusus untuk transportasi laut, ada 2 kapal yang bisa kalian gunakan, yaitu Kapal Ferry (dikenal dengan sebutan kapal lambat) dan Kapal Motor Express (dikenal dengan sebutan kapal cepat.
Selfie dan Wefie di Tugu I Love Sabang
Kapal pun tiba di Dermaga Balohan, Pulau Weh sekitar jam 11.00. Dari sini kami dijemput dengan seorang guide bernama bang Iwan yang mengendarai mobil Kijang Innova.
Untuk mendapatkan view yang lebih bagus lagi, kita bisa naik keatas di belakang tugu tersebut. Dok foto : Mba Retno
Tugu ini dibangun oleh Pemkot dan Bank Negara Indonesia (BNI) sejak tahun 2015. Letak Tugu ini persis di depan Bandara Maimun Saleh, Sabang. Di sebelah kiri terlihat pemandangan Danau Aneuk Laot yang dikelilingi oleh perbukitan. Di sebelah kanannya tampak pemandangan lautan Teluk Sabang dan pegunungan Iboih.
Tidak heran kalau Tugu ini selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan untuk sekedar berfoto. Rasanya tidak lengkap kalau belum berfoto ke Tugu ini.
Makan Siang dan Sholat di Masjid Agung Sabang (Babussalam)
Setelah selesai berfoto di Tugu, selanjutnya kami mencari restoran untuk menikmati makan siang dengan menu makanan khas Aceh. Lokasinya tidak begitu jauh dari Tugu "I Love Sabang". Mobil pun berhenti parkir di jalan perdagangan, Sabang. Kami diajak untuk menikmati makan siang sambil ngopi di de Sagoe Kuphie.
Penampakan cafe de Sagoe Kuphie. Dok foto : esabang.blogspot.com
DeSagoe itu berarti "ujung". Karena lokasi restoran ini berada di ujung jalan. Disini kalian bisa menikmati kopi khas Sabang dan juga menu makanan khas Sabang.
Pemandangan di dalam cafe ini tidak jauh berbeda dengan kota besar lainnya. Pengunjung cafe menghabiskan waktu di cafe tidak hanya untuk menikmati sajian kopi saja, tapi juga untuk mengerjakan berbagai tugas kantor, urusan bisnis, belajar, nonton bareng atau berkumpul bersama teman.
Menu makanan yang disajikan pun mirip dengan makanan khas Kota Padang, yakni bersantan. Waktu itu kami disajikan menu makanan ayam kari, kambing kari dan ayam kampung goreng. Tapi meski sama-sama berkuah santan, rasa makanannya memiliki ciri khas tersendiri.
Suasana makan siang di de Sagoe Kuphie. Cukup nyaman, ramai, adem dan luas. Dok foto : Mba Retno
Penampakan kari kambing dan kari ayam khas Aceh. Dok foto : Mba Retno
Karena perut sudah terasa lapar, saya menghabiskan beberapa potong ayam kampung yang lezat. Lalu dilanjutkan mencoba kopi khas Aceh langsung di tempatnya. Hmmm, penasaran seperti apa rasa kopi Aceh.
Saya dan Kang Ali memesan kopi Sanger, kopi khas Aceh. Kopi sanger merupakan kombinasi antara kopi hitam, susu kental dan gula. Kalau dilihat secara fisik mirip sekali dengan kopi susu atau caffe latte biasa. Tapi kalau soal citarasa, kopi sanger aroma kopinya lebih kuat, meski sudah bercampur dengan susu. Dan disertai banyak buih.
Penampakan kopi sanger khas Aceh yang terdapat banyak buih diatasnya. Dok foto : pribadi
Rasa kopinya sangat terasa atau strong (kuat). Karena memang kopinya sangat kental. Mungkin bagi kalian yang punya masalah pada lambung (maag) dan mau banget nyobain kopi ini, sebaiknya takaran kopinya dikurangi saja.
Tidak lama setelah selesai menikmati makan siang, azan Dzuhur pun berkumandang. Waktu sholat disini lebih lama dibanding Kota Jakarta. Waktu Dzuhur sekitar jam 12.30an. Kami pun bergegas menuju masjid yang jaraknya hanya selemparan batu saja.
Jika kalian berkunjung ke kota Sabang, rasanya kurang lengkap jika tidak mampir sejenak untuk bersujud di masjid yang bergaya Timur Tengah ini. Masjid ini menjadi tempat pusat keagamaan serta tempat peristirahatan bagi para wisatawan ketika menjelajahi setiap jengkal kota Sabang.
Ketika kami sholat di masjid ini, tampak renovasi sedang dilakukan. Untuk mempercantik penampilan masjid ini.
Beristirahat di Tepi Pantai Iboih
Setelah selesai sholat Dzuhur, kami melanjutkan perjalanan menuju tempat peristirahatan untuk melepas penat. Tujuannya adalah Pantai Iboih. Iboih merupakan sebuah nama Desa yang terletak di Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang, Aceh. Iboih adalah tempat favorit untuk berekreasi dan melepas penat.
Pantai Iboih merupakan spot yang paling menarik karena menyediakan fasilitas yang lengkap, mulai dari penginapan kelas backpacker hingga yang mewah. Selain itu juga tersedia rental mobil, motor dan perlengkapan untuk menyelam serta snorkeling. Di sekeliling pantai juga tersedia warung makan atau cafe yang menjajakan beragam makanan, baik umum maupun khas Sabang.
Iboih terkenal dengan pantainya sangat indah serta air lautnya yang jernih. Karena Iboih juga merupakan salah satu tempat menyelam (diving) terbaik di dunia. Tidak heran mengapa waktu saya kesana banyak sekali turis mancanegara yang datang.
Sepanjang perjalanan menuju Iboih, kami disuguhkan dengan pemandangan alam yang belum pernah saya lihat sebelumnya, karena dikeliling oleh lautan luas. Untuk menuju lokasi, kami harus melewati jalanan yang berbelok dan di kanan kirinya terdapat perbukitan yang masih alami. Tapi jangan salah guys, akses jalan disini sangat mulus, jarang sekali ditemukan lubang di jalan.
Pantai Iboih diambil dari sudut pantai Pulau Rubiah. Dok foto: Mba Retno
Suasana pantai Iboih. Tampak sebuah kapal motor mengangkut penumpang menuju pulau Rubiah di seberang
Ketika tiba di tujuan, barang bawaan pun diturunkan satu persatu untuk dibawa menuju Bungalow. Kami memilih bungalow tepat di samping pantai Iboih, agar terlihat langsung keindahan pantainya dari dalam bungalow.
Agenda berikutnya adalah snorkeling (selam permukaan) di Pulau Rubiah, sebuah Pulau kecil yang lokasinya berada di seberang pantai Iboih. Kami kesana menggunakan motor boat menyeberang ke Pulau Rubiah sekitar 15 menit untuk menikmati keindahan biota bawah laut yang tiada duanya.
Mba Retno lagi pegang bendera Cheria Travel Halal Wisata. Di belakang adalah Sarah pemenang lomba blog. Bersiap untuk snorkeling. Dok foto : Mba Retno
Dermaga di depan Pulau Rubiah. Dok foto : Mba Retno
Suasana di pantai Rubiah. Dok foto : Mba Retno
Penginapan kami di tepi pantai Iboih. Bunda Bungalow dilengkapi dengan fasilitas AC dan Channel TV lokasl dan mancanegara. Dok foto : Mba Retno
Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan jam 18.00. Maunya sih lebih lama lagi, tapi apa daya, waktu jua yang memisahkan, kata para pujangga sih begitu.
Kami pun kembali ke Bungalow untuk selanjutnya menikmati sajian makan malam dan beristirahat untuk menyiapkan tenaga esok hari melanjutkan mengeksplore indahnya Pulau Sabang, diantaranya mengunjungi Tugu Kilometer 0 Indonesia, Danau Aneuk Laot dan beberapa spot menarik lainnya. So tunggu di artikel selanjutnya ya guys.
Posting Komentar untuk "Menyusuri Keindahan Pulau Sabang (Part 1)"