Museum Linggarjati, Destinasi Wisata Bersejarah di Kota Kuningan
Kali ini saya mau sharing edisi jalan-jalan ke Gedung Perundingan Linggarjati atau Museum Linggarjati yang ada di kota kelahiran saya, yakni kota Kuningan, Jawa Barat. Sebenarnya sih sudah lama banget sejak tahun 2004 lalu sewaktu saya mudik, tapi sekarang baru kesampaian menulis artikelnya di blog ini.
Rencana awal kami hanya iseng berkumpul di salah satu rumah teman. Entah ide dari siapa, tiba-tiba kami yang totalnya berjumlah 11 orang sepakat untuk jalan-jalan ke Museum Linggarjati dengan menumpang mobil mini bus (jenis colt) yang disupiri sama kang Angga.
Sewaktu berangkat ke Linggarjati, rute yang kami lewati bukan melalui jalan raya Cilimus, melainkan lewat jalur tengah yang kanan kirinya banyak perumahan warga dan tidak terlalu lebar jalannya.
Setiba di lokasi, mobil diparkir di seberang Gedung Perundingan Linggarjati. Lalu kami pun memasuki Gedung yang terkesan angker. Adapun harga tiket masuk Museum Linggarjati sebesar Rp. 2000 untuk orang dewasa, dan untuk anak-anak sebesar Rp. 1000.
Tampak depan Museum Linggarjati.
Pada saat memasuki gedung, terdapat beberapa koleksi meja perundingan lengkap dengan kursinya. Lalu di dinding tergantung berbagai koleksi foto (tentang perjalanan Perundingan Linggarjati) serta benda-benda bersejarah lainnya.
Di sudut ruangan yang lain, terdapat tempat tidur yang pernah digunakan oleh Mr. Lord Killearn lengkap dengan sprei berwarna putih, rapih dan bersih.
Tidak jauh dari situ, ada sebuah satu set sofa yang digunakan Soekarno-Hatta saat bertemu dengan Lord Killearn sebagai penengah (mediator) perundingan.
Lalu di ruangan lainnya, ada sebuah kamar mandi yang keasliannya masih dipertahankan hingga sekarang.
Tidak jauh dari situ, ada sebuah satu set sofa yang digunakan Soekarno-Hatta saat bertemu dengan Lord Killearn sebagai penengah (mediator) perundingan.
Lalu di ruangan lainnya, ada sebuah kamar mandi yang keasliannya masih dipertahankan hingga sekarang.
Mengingat saat itu adalah musim libur Lebaran, maka suasana gedung dipadati pengunjung yang datang dari berbagai daerah. Tidak heran, karena Museum Linggarjati merupakan salah satu destinasi wisata bersejarah yang cukup terkenal di kota Kuningan.
Baca juga artikel lainnya : Mengenal Museum Layang-Layang di Pondok Labu
Baca juga artikel lainnya : Mengenal Museum Layang-Layang di Pondok Labu
Diaroma perjuangan pada saat itu sangat terasa, ketika Anda berada di dalam Gedung Perundingan Linggarjati ini. Apalagi pada saat Anda melihat deretan foto yang terpasang di dinding, seolah Anda seperti terlibat di dalamnya.
Setelah berkeliling di dalam gedung, kami pun memilih untuk beristirahat sejenak di bawah pepohonan di halaman belakang gedung sambil menikmati semilir angin.
Sementara teman-teman asyik ngadem, saya sibuk merekam sekeliling gedung memakai handycam. Saya lebih banyak mengambil video dengan handycam, tanpa mengambil foto satupun.
Sementara teman-teman asyik ngadem, saya sibuk merekam sekeliling gedung memakai handycam. Saya lebih banyak mengambil video dengan handycam, tanpa mengambil foto satupun.
Di tengah-tengah halaman tersebut, ada sebuah tangga yang menuju ke bawah halaman, tempat dimana berdiri sebuah monumen Perundingan Linggarjati.
Diatas monumen tersebut, terdapat sebuah batu hitam yang berukuran cukup besar berisi gambar petani, pemuka agama, wanita, tentara dan pemuda yang saling berangkulan. Hal ini merupakan perwujudan kekuatan utama bangsa Indonesia yang teguh membela kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi.
Setelah hari semakin sore, kami pun bersiap-siap beranjak pulang. Namun kali ini kami melewati jalan raya Cilimus yang merupakan jalan besar penghubung antara kota Cirebon dengan kota Kuningan.
Berhubung waktu itu masih dalam rangka libur Lebaran, maka suasana tempat wisata di kota Kuningan biasanya padat, dan juga jalanannya terkadang macet karena aktivitas para warganya yang hendak berkeliling.
Sejarah Singkat Gedung Perundingan Linggarjati
Bangunan bergaya kolonial Belanda ini pada awalnya merupakan sebuah gubuk yang dibangun oleh seorang ibu yang bernama Jasitem pada tahun 1918. Sebelum difungsikan menjadi sebuah Museum seperti sekarang, bangunan ini sempat mengalami pergantian fungsi dan kepemilikan.
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, gedung ini digunakan sebagai tempat Perundingan Linggarjati pada tanggal 10-12 November 1946. Gedung ini resmi sebagai museum pada tahun 1976.
Isi Perundingan Linggarjati
Adapun pokok utama dari Perundingan Linggarjati ini adalah sebagai usaha bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan secara penuh serta pengusiran Belanda melalui jalur hukum. Perundingan ini dihadiri oleh diplomatik pendiri bangsa, yang diketuai oleh Sutan Sjahrir yang beranggotakan Soesanto, Tirtoprodjo, Mr. Mohammad Roem dan Dr. A. K. Gani dengan beberapa delegasi dari Belanda, yakni Prof. Mr. Schmerhorn, Dr. F. De Boer, Mr. Van Poll, Dr. Van Mook serta seorang diplomat asal Inggris, Lord Killearn sebagai mediator.
Berdasarkan sejarah yang tertulis, Perundingan Linggarjati menghasilkan tiga isi pokok :
Isi Perundingan Linggarjati
Adapun pokok utama dari Perundingan Linggarjati ini adalah sebagai usaha bangsa Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan secara penuh serta pengusiran Belanda melalui jalur hukum. Perundingan ini dihadiri oleh diplomatik pendiri bangsa, yang diketuai oleh Sutan Sjahrir yang beranggotakan Soesanto, Tirtoprodjo, Mr. Mohammad Roem dan Dr. A. K. Gani dengan beberapa delegasi dari Belanda, yakni Prof. Mr. Schmerhorn, Dr. F. De Boer, Mr. Van Poll, Dr. Van Mook serta seorang diplomat asal Inggris, Lord Killearn sebagai mediator.
Berdasarkan sejarah yang tertulis, Perundingan Linggarjati menghasilkan tiga isi pokok :
1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa dan Madura, paling lambat Belanda harus meninggalkan daerah de facto 1 Januari 1949.
2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat yang salah satu Negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
3. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
Hasil perundingan ini lalu menghasilkan naskah persetujuan Linggarjati atau lebih dikenal dengan Perjanjian Linggarjati yang disepakati di Jakarta pada 15 November 1946.
Hasil perundingan ini lalu menghasilkan naskah persetujuan Linggarjati atau lebih dikenal dengan Perjanjian Linggarjati yang disepakati di Jakarta pada 15 November 1946.
***
Setelah membaca artikel diatas, semoga dapat menambah wawasan kita semua, terutama tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Demikian cerita singkat saya saat jalan-jalan ke Museum Perundingan Linggarjati. Bagaimana sobat blogger, sudah ada yang pernah kesana?? Bagi yang sudah pernah, yuk sharing di kotak komentar… SHARING IS CARING!
Semoga bermanfaat.
📖 Referensi :
Pengalaman pribadi
www.indonesiakaya.com
🎥 foto :
www.indonesiakaya.com
📹 Video :
Dokumentasi pribadi (melalui proses editing)
📖 Referensi :
Pengalaman pribadi
www.indonesiakaya.com
🎥 foto :
www.indonesiakaya.com
📹 Video :
Dokumentasi pribadi (melalui proses editing)
Posting Komentar untuk "Museum Linggarjati, Destinasi Wisata Bersejarah di Kota Kuningan "