Nilai Esensi Sebuah Piknik
Banyak orang sepakat bahwa piknik atau liburan adalah sebuah kegiatan untuk menghilangkan rasa penat maupun rasa jenuh dari segala rutinitas yang di lakukan. Tujuannya tidak lain adalah untuk mengembalikan semangat yang sudah mulai kendur.
Liburan menjadi sangat penting ketika seseorang dihadapkan pada titik jenuh yang sudah sangat akut. Artinya, kesibukan dan rutinitas harian yang dirasakan perlahan sudah mulai memuncak. Inilah alasan mengapa seseorang membutuhkan yang namanya liburan.
Namun sejatinya, mengisi waktu liburan tidak hanya dilakukan dengan mengunjungi tempat wisata saja. Tidak hanya itu, nilai esensi dari piknik itu sendiri adalah untuk lebih merekatkan hubungan antar keluarga, teman maupun sahabat dengan melakukan kegiatan secara bersama agar terjalin hubungan baik yang lebih erat dan harmonis. Begitu menurut pendapat saya.
Liburan pun masih dapat dilakukan walau hanya dengan mengunjungi sanak saudara dan berkumpul untuk saling melepas rasa kangen sekaligus menghilangkan rasa jenuh dari rutinitas harian. Apalagi bila liburan dilakukan di kampung halaman, pasti akan terasa lebih seru.
Setidaknya hal ini saya alami sekitar pertengahan tahun 2011 silam. Dimana liburan kali ini tidak serta merta diiringi rasa bahagia. Bagaimana tidak, saya dan keluarga di Jakarta menerima kabar yang kurang mengenakan. Nenek (Ibu dari bapak saya) sedang terbaring sakit tidak kunjung sembuh, meskipun sudah dibawa ke rumah sakit setempat. Yah, mungkin sudah faktor usia yang mulai memasuki usia senja.
Saya, kedua orang tua saya dan istri berniat untuk mudik dan menjenguk kondisi nenek sekaligus melepas rasa kangen pada sanak saudara di kampung halaman. Karena sudah lama juga saya tidak mudik ke tempat nenek.
Perjalanan dari kota Jakarta menuju ke kota kecil Kuningan, ditempuh kurang lebih 5-6 jam perjalanan.
Kami naik bus Luragung Jaya dari terminal Lebak Bulus. Sebuah terminal yang kini hanya menyisakan kenangan belaka, karena akan berganti menjadi stasiun MRT.
Bus ini memang terkenal akan speed-nya yang diatas rata-rata. Para supir bus ini sangat pandai bermanuver di jalur Pantura, bahkan dalam keadaan macet sekalipun. Maka tidak heran, kemahiran para supir bus Luragung ini sedikit banyak ditiru di dalam adegan film The Fast and Furious. Hahaha...
Tiba di daerah Luragung (pemberhentian terakhir bus Luragung Jaya), Kuningan, kami pun turun dari bus dan menghirup udara kota Kuningan yang lumayan sejuk. Dari Luragung, kami masih harus melanjutkan perjalanan ke daerah Cikananga.
Sesaat turun dari bus, saya menggeliat meluruskan persendian untuk menghilangkan rasa pegal karena kelamaan duduk. Belum jauh kaki melangkah, para tukang ojeg menyerbu kami dengan "beringas"nya. Karena mereka melihat kami membawa banyak barang bawaan. Kami lebih memilih menggunakan angkot ketimbang harus naik ojeg, karena jarak yang lumayan jauh dan juga untuk alasan kenyamanan dan keamanan.
Sesaat turun dari bus, saya menggeliat meluruskan persendian untuk menghilangkan rasa pegal karena kelamaan duduk. Belum jauh kaki melangkah, para tukang ojeg menyerbu kami dengan "beringas"nya. Karena mereka melihat kami membawa banyak barang bawaan. Kami lebih memilih menggunakan angkot ketimbang harus naik ojeg, karena jarak yang lumayan jauh dan juga untuk alasan kenyamanan dan keamanan.
Meskipun kami sudah menolak untuk naik ojeg, namun mereka tetap keukeuh menawarkan ojegnya. Tapi kami tetap bertahan sampai titik darah penghabisan. Setelah cukup lama menunggu, datanglah angkot yang kami tunggu-tunggu. Para tukang ojeg pun mengalah dengan terpaksa sambil menggerutu dan berlalu pergi , hahaha... Dengan menggunakan angkot, kami harus melanjutkan perjalanan selama kurang lebih 30 menit untuk sampai di daerah yang namanya Cikananga.
Selama perjalanan, kami disuguhkan dengan pemandangan sawah dan perbukitan di kanan kirinya, lalu melewati pedesaan, lalu melewati perbukitan lagi dengan jalanan yang menanjak dan berbelok menyerupai angka delapan. Dibutuhkan skill mengemudi yang tinggi untuk melewati kawasan ini.
Setelah sampai di Cikananga, kami harus melewati jalanan yang bergelombang, naik dan turun, tikungan tajam dan juga cukup terjal. Berhubung tidak ada angkot yang masuk ke Desa dimana nenek tinggal, kami pun terpaksa harus menggunakan jasa ojeg motor. Namun ojeg di sini jauh lebih santun terhadap calon penumpangnya. Kampung nenek saya memang terletak di wilayah pedalaman, melewati sebuah Desa, lalu hutan jati dan kemudian desa lagi. Jadi dibutuhkan sedikit perjuangan untuk sampai kesana. Tapi kami rela nek, kami rela....
Setelah sampai di Cikananga, kami harus melewati jalanan yang bergelombang, naik dan turun, tikungan tajam dan juga cukup terjal. Berhubung tidak ada angkot yang masuk ke Desa dimana nenek tinggal, kami pun terpaksa harus menggunakan jasa ojeg motor. Namun ojeg di sini jauh lebih santun terhadap calon penumpangnya. Kampung nenek saya memang terletak di wilayah pedalaman, melewati sebuah Desa, lalu hutan jati dan kemudian desa lagi. Jadi dibutuhkan sedikit perjuangan untuk sampai kesana. Tapi kami rela nek, kami rela....
Setelah tiba di lokasi rumah nenek, kami pun sudah ditunggu oleh sanak saudara dan para tetangga. Bertemu dengan saudara di kampung, semua rasa lelah dan capek langsung hilang seketika. Setelah saling bersalaman, saya langsung bergegas ke dalam kamar di mana nenek sedang berbaring lemah. Kemudian disusul Bapak, Emak dan Istri saya.
Rasa bahagia jelas terpancar dari wajah nenek ketika bertemu dengan kami, meskipun beliau sudah tidak begitu pandai dalam mengingat seseorang karena faktor usia. Badan yang sebelumnya gemuk, kini perlahan mulai terlihat kurus. Selama ini nenek dirawat oleh uwak (kakak bapak) saya.
Saya dan Istri serta Emak dan Bapak saya, secara bergantian menemani dan mengajak ngobrol nenek agar tidak merasa kesepian. Sore harinya kami bertelekan di teras rumah nenek sambil menikmati sajian makanan khas daerah dengan ditemani sanak saudara dan mengobrol satu sama lain untuk melepas rasa kangen.
Di kampung nenek, saya menghabiskan liburan selama dua hari saja, karena tidak bisa cuti lama. Kami memanfaatkan waktu dua hari dengan sebaik-baiknya demi merawat nenek.
Walaupun hanya liburan selama dua hari, saya merasakan kebahagiaan karena sudah bisa berkumpul, bersilaturahmi dengan keluarga di kampung, sekaligus melihat langsung kondisi nenek, mengingat saya cukup jarang mudik kesini.
Liburan kali ini terbilang cukup seru dan haru. Walau hanya dua hari saja, namun saya merasakan beban kerja dan kepenatan hilang seketika.
-----
Saya berpendapat, bahwa liburan tidak hanya dihabiskan untuk mengunjungi tempat wisata saja. Liburan pun bisa dimanfaatkan untuk saling mengunjungi dengan keluarga maupun mengunjungi lokasi-lokasi bersejarah seperti Museum.
Berbicara masalah tujuan tempat liburan atau piknik, seandainya saya disuruh memilih, tentu saja saya akan memilih liburan di Bogor sebagai destinasi untuk refreshing dan mencoba merasakan bermalam di Padjadjaran Suite Bogor yang ngetop. Karena kota Bogor juga merupakan salah satu destinasi liburan favorit loh.
Posting Komentar untuk "Nilai Esensi Sebuah Piknik "