Mengungkap Sejarah Tulisan Wortel
Di sebuah Istana Wortel, hiduplah seorang Ibunda Wortel dan seorang anaknya bernama Pangeran Wortel yang tampan dan rupawan namun masih berstatus jomblo ngenes. Sang Bapak Wortel telah lebih dulu meninggal akibat ketiban wortel. Kakek dan neneknya pun telah meninggal juga gara-gara keselek wortel dan matanya kecolok wortel.
Menjelang tujuh hari ke depan, Ibunda Wortel tercinta akan merayakan hari ulang tahun sweet forty five alias yang ke-45. Pangeran Wortel pun memiliki sebuah kejutan untuk sang Ibunda tercintanya.
Baca juga : Review Blog Agus Mulyadi Njaluk Rabi
Baca juga : Review Blog Agus Mulyadi Njaluk Rabi
Pangeran Wortel mengumumkan sebuah sayembara yang berbunyi : 'Barang siapa yang dapat memberikan sebuah ide mengenai kado terbaik untuk Sang Pangeran Wortel, maka jika ia seorang laki-laki, maka ia akan dijadikan saudara angkatnya dan jika ia seorang perempuan, maka akan dijadikan istri Pangeran Wortel'. Tapi dengan satu syarat setiap ide kado harus berhubungan dengan wortel dan tentu saja menarik hati Sang pangeran dan juga Sang Ibunda tercinta.
Wow... Siapa sih yang tidak mau menjadi bagian dari keluarga Istana Wortel, pikir masyarakat saat itu. Tentu saja hal ini tidak akan disia-siakan oleh masyarakat.
Jadi intinya masyarakat sekitar Istana diminta untuk memberikan ide atau masukan hadiah yang ada hubungannya sama wortel, pokoknya apa saja, yang penting berhubungan sama wortel dan disukai oleh Pangeran Wortel dan Ibunda Wortel.
---------
Hari pertama
Datanglah seorang pemuda bernama Doni. Ia membawa sebuah wortel berukuran sangat besar hasil modifikasi Mak Erot. Wortel tersebut dibungkus dengan menggunakan kertas dan diberi pita berwarna pink. Diberikannya wortel itu kepada Sang pangeran.
Namun apa yang terjadi?? Merasa tersinggung dengan ukuran wortel yang lebih besar, Pangeran Wortel pun menolak hadiah tersebut dan mengusir pemuda tadi.
Hari pertama tidak membuahkan hasil.
Hari kedua
Seorang Ibu muda mendatangi Pangeran Wortel dengan membawa sebuah kueh bolu wortel untuk diberikan kepada Ibunda Wortel. Namun Sang pangeran lagi-lagi menolaknya dengan alasan rasanya tidak mengundang selera alias jauh dari kata enak.
Hari kedua, ketiga, keempat sampai ketujuh pun, belum juga membuahkan hasil. Sang pangeran pun berniat menutup sayembara tersebut, karena dari puluhan ide hadiah yang masuk, tidak ada satu pun yang sesuai dengan seleranya.
Namun sesaat sebelum ditutupnya sayembara tersebut, ada seorang pemuda pengangguran yang bernama Arya. Ia memiliki bakat menulis yang sangat luar biasa. Cita citanya hanya dua, yaitu ingin menjadi seorang penulis terkenal di seluruh dunia dan memiliki sebuah website pribadi.
Namun apa daya, karena tidak memiliki uang untuk mempublikasikan hasil tulisan-tulisannya tersebut, seluruh karya tulisnya pun dibiarkan bertumpuk-tumpuk beradu dengan debu dan sarang laba-laba. Media kala itu hanyalah dikuasai oleh kaum berduit dari kalangan orang-orang konglomerat saja. 'Da aku mah apa atuh', batin Arya.
Namun apa daya, karena tidak memiliki uang untuk mempublikasikan hasil tulisan-tulisannya tersebut, seluruh karya tulisnya pun dibiarkan bertumpuk-tumpuk beradu dengan debu dan sarang laba-laba. Media kala itu hanyalah dikuasai oleh kaum berduit dari kalangan orang-orang konglomerat saja. 'Da aku mah apa atuh', batin Arya.
Maka melihat kesempatan emas melalui sayembara ini, Arya pun mencoba untuk mempersembahkan karya tulis berupa sebuah puisi terbaik bagi Sang Pangeran.
Karena temanya kali ini adalah wortel, maka tulisannya pun ditulis dengan menggunakan sebuah wortel, maka warna tulisannya pun berubah menjadi orange. Terkesan unik. Hanya itulah kemampuan yang ia miliki. Ia pun tulus ikhlas tidak ingin mengharapkan apa-apa, hanyalah menyenangkan hati Ibunda Wortel saja sudah cukup bagi Arya. Puisinya sekaligus mewakili perasaan rindu Arya kepada sang Bundanya yang sedang bekerja sebagai TKW di Timor Leste. Pikir Arya.
Dengan langkah sigap, Arya pun berjalan menuju Pangeran Wortel hanya membawa secarik kertas kumal. Disaksikan berpuluh-puluh pasang mata dari masyarakat sekitar, ia pun menyerahkan kertas kumal tersebut kepada Pangeran Wortel. Dengan harapan agar puisinya dapat menyenangkan hati Sang pangeran dan Ibunda Wortel. Tidak lebih.
Pangeran Wortel menerima kertas tersebut dan sejenak melihat isi tulisannya.
Nampak senyum Pangeran mulai terbentuk, terlihat keceriaan di wajahnya ketika melihat isi kertas kumal tersebut. Arya pun heran, karena kertas yang dibaca Pangeran Wortel kosong alias terbalik, lalu Arya pun memohonnya untuk membalik kertasnya yang berisi tulisan wortel berwarna orange tersebut.
'Oh....'. Hanya itu jawaban singkat yang keluar dari mulut Pangeran Wortel. #masyarakat pun tepok jidat berjamaah melihat fenomena tersebut.
Alhasil setelah membaca isi tulisan itu, Pangeran Wortel pun terharu dan berlinangan ingus, eh.. air mata. Apa yang baru saja ia baca merupakan hasil karya puisi terindah yang memang khusus ditujukan untuk Ibunda Wortel tercinta. Belum pernah ia membaca puisi yang begitu menyentuh hatinya.
Pangeran Wortel pun membacakan puisi tersebut di depan masyarakat. Kebahagiaan tidak terbendung lagi dirasakan Ibunda Wortel. Puisi yang menyentuh hati itu merupakan kado terindah sepanjang hidupnya, selain kapal pesiar, pulau, pulsa elektrik dan kebun.
Akhirnya Arya pun segera mendapat kehormatan diangkat sebagai saudara angkat Sang Pangeran, sesuai dengan yang telah dijanjikan dalam sayembara tersebut. Namun Arya pun menolaknya mentah-mentah, meskipun dirinya kini telah bergelar Pangeran Wortel II !
Setelah Sang Pangeran Wortel I mendesak dan membujuk apa yang menjadi harapan atau keinginan atau cita-cita seorang Arya. Maka Arya pun menceritakannya panjang lebar. Ia hanya ingin menjadi seorang penulis hebat dan memiliki website pribadi, sesuai dengan cita-citanya sedari awal.
Pangeran Wortel I pun meluluskan semua permintaan Arya dan memerintahkan kepada kepala bagian IT untuk mengurus semua kebutuhan Arya.
Berkat niat baik, keikhlasan dan kerja kerasnya itu, Arya Sang Pangeran Wortel II pun telah memperoleh sesuatu yang telah lama ia idam-idamkan, yakni menjadi seorang penulis hebat.
Kini Pangeran Wortel II pun terus mengembangkan ide dan tulisan-tulisan lamanya yang terbengkalai ke dalam sebuah website pribadinya dan menamakannya : tulisanwortel.com, sebagai bentuk penghargaan kepada Pangeran Wortel I dan sekaligus mengenang puisi yang Ia tulis dengan menggunakan buah wortel.
"Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum Anda miliki, maka Anda harus melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan"
Posting Komentar untuk "Mengungkap Sejarah Tulisan Wortel"