Aku dan Waktuku yang Telah Hilang
Waktu yang hilang tidak akan pernah ditemukan lagi...
Diwaktu sore nan mendung. Saat sang mentari seolah enggan menampakkan cahayanya. Kubuka sebuah album foto kenangan. Yang kulit luarnya sudah mulai lusuh, sedikit robek dan agak berdebu. Dimata orang lain mungkin album foto ini tak bernilai, namun tidak bagiku. Album foto ini layaknya sebuah perjalanan hidup yang sangat panjang, dimana setiap lembar foto memiliki cerita-cerita dan kenangan sendiri.
Sebuah foto seorang bocah kumal dan lusuh dengan background agak blur menarik perhatianku. Tak lain bocah itu adalah diriku sendiri di masa kecil dulu. Nampak sebuah tanggal tertera di lembar foto yang sedari tadi kupandangi.
Serentetan kenangan mengenai foto-foto itu telah memenuhi ruang di otakku. Waktu terasa begitu cepat berlalu. Pahit getir, susah senang sudah kulewati meskipun baru mencapai usia seperempat abad lebih di dunia ini. Tepatnya di angka 33.
Selama itu pula aku telah banyak kehilangan orang-orang terdekat yang kusayangi. Mereka pergi meninggalkanku satu persatu bersama sebuah kenangan. Kenangan yang semu pada akhirnya. Sebuah kenangan yang tak kan pernah terulang kembali.
Secepat itukah waktu berlalu?
Meninggalkanku bersama kenangan-kenangan disini?
Kehilangan orang-orang tersayang memang begitu berat, percayalah... Itu semua sudah merupakan takdir dari Allah. Namun kehilangan waktu yang telah kita sia-siakan, merupakan kehilangan terbesar yang sesungguhnya yang tiada bisa kita kembali lagi (ke masa lampau) untuk merubahnya.
Sobat, tiada yang paling
kita sesali selain kehilangan waktu. Waktu tiada akan pernah terulang
kembali. Tidaklah kita hidup di dunia ini, melainkan hanya
sebentar saja.
Dari foto-foto itu pun, aku banyak mendapat pelajaran berharga mengenai pentingnya untuk lebih menghargai dan memanfaatkan sebuah waktu.
Ku telah kehilangan begitu banyak waktu yang berharga dalam kehidupan ini. Ku tahu aku akan dimintai pertanggung jawaban kelak mengenai waktu ini. Namun apalah daya, diri ini telah terlanjur menyia-nyiakan "sebuah" waktu. Kini ku hanya bisa menatap jauh kedepan untuk memperbaiki segala kekuranganku di masa lampau. Menjemput sebuah harapan dan impian untuk menutup segala keputus asaan yang hampir saja "berhasil" menguasai diri ini.
...
Tangisan bocah membuyarkan lamunanku. Kulirik jam di dinding, semakin cepat jarum jam berdetak tak mau berhenti. Hari pun semakin sore. Hujan pun perlahan mulai berhenti. Kututup album foto kenangan yang telah ku lihat satu persatu. Dengan sedikit kubersihkan dari debu yang hinggap. Hari ini ku banyak belajar (untuk lebih menghargai) sisa hidupku melalui sebuah album foto.
Terimakasih ya Allah atas kebaikan-Mu yang telah memberikan hamba (yang hina ini) sebuah kesempatan untuk terus memperbaiki diri ini. Agar hamba tak menyia-nyiakan (lagi dan lagi) yang namanya waktu.
Dan semoga waktu yang telah hilang itu dapat memberiku pelajaran agar kubisa memperbaiki diri ini agar lebih baik lagi dimasa yang akan datang nanti....
Jakarta, 18 September 2014
Sobat, sering kali kita meremehkan waktu yang telah Allah amanatkan kepada kita.
Dan kebanyakan dari manusia lalai dalam memanfaatkan kesempatan tersebut.
Waktu... ia takkan pernah kembali.
Ia takkan pernah berhenti walau sedetik.
Ia akan terus bergerak hingga mencapai batas yang telah Dia tentukan...
Posting Komentar untuk "Aku dan Waktuku yang Telah Hilang"