Serunya Panjat Pinang
Siang yang terik ini, saya menyaksikan acara tujuh belasan di kampung istri saya, Tegal. Telah berdiri tegak di tengah tanah lapang sebuah pohon pinang. Di bawahnya sudah ramai orang yang akan memanjatnya. Di dominasi para pemuda. Orang lokal menyebut "manjat pucang" atau bahasa ngetopnya "panjat pinang".
Tampak diatas jejeran hadiah "sederhana", seperti kaos oblong, ada juga makanan dan minuman. Terlihat hadiah utama uang Rp. 600.000 di bungkus plastik agak sedikit menyembul.
Panas yang cukup membakar kulit tidak menyurutkan langkah para peserta dalam berebut hadiah pucang. Yang penting happy. Mereka berusaha naik, kemudian terjatuh lagi, lalu bangkit lagi dengan semangat. Meskipun mereka tahu kondisi batang pucang sangat licin akibat guyuran oli. Hiruk pikuk sorakan bersahutan menambah ramai suasana.
Hati kecil saya berkata "sungguh suatu pemandangan yang jarang saya temui di kota besar seperti Jakarta". Lahan tergeser menjadi gedung, mall dan perkantoran. Hanya sedikit dari masyarakat kecil pinggiran yang masih "mempertahankan" tradisi lomba panjat pinang ini.
Baca juga artikel lainnya : Aku dan Waktuku yang Telah Hilang.
Baca juga artikel lainnya : Aku dan Waktuku yang Telah Hilang.
Lamunan saya terhenti bersamaan seruan Azan Ashar yang berkumandang dari Musholla. Kami beristirahat sejenak. Sebagian bergegas sholat, namun sebagian pemuda masih penasaran. Matahari mulai bergeser perlahan. Sebelum sore benar, saya beranjak pulang meninggalkan keramaian yang masih riuh.
Saya berharap tahun berikutnya masih dapat menikmati suasana kebersamaan dalam pesta rakyat tahunan.
Ini cerita saya, mana cerita Anda?.
Posting Komentar untuk "Serunya Panjat Pinang"